Wednesday, November 3, 2021

Kota, Kita, Dan Kata

 Saatnya kembali, pulang kerumah dengan menurunkan sedikit ambisi yang kian lama berisi. Rendahkan nada bicara, bawa sedikit oleh-oleh penenang rasa, untuk keluarga tercinta. Tanganku tak pernah jauh untuk bisa menggapai keluarga, pintu rumah yang selalu ku buka, handuk yang rapih sudah disiapkan untukku agar segera mandi. Menenangkan seisi jiwa yang dibercandai dunia.

Terima kasih Tuhan, keluargaku sehat semua. Sekantung plastik berisikan buah segar, kami makan bersama. Malam memang tak pernah sama, tapi adikku tahu bagaimana meledekku dengan caranya. Ibunda tahu bagaimana bertanya perihal yang tepat kepadaku. Sudah tengah malam, kita tidur . Kita tahu esok, kita tahu cara hidup dengan penuh rasa syukur.  

Oh ya, banyak yang berubah ketika aku sengaja menelusuri jalan yang biasa aku kelilingi kala kecil. Semua nampak berubah. Kau tahu? disini sudah tak terhitung berapa banyak kios-kios berspandukkan makanan atau jasa lainnya. Perjalanan masih panjang, film yang katanya indah nyatanya kehidupan nyata ialah labirin yang tak pernah berhenti. Labirin yang harus ditemukan jalan keluarnya. Layaknya hidup ini, penuh dengan tantangan, angan dan alasan. Alasan yang pasti ialah alasan bagiku untuk tetap bernafas demi keluarga, nafas mereka ialah nafasku juga. Canda riang mereka, canda riangku juga. Sederhanakan kami Tuhan, jika nanti derajat kami trus naik. Pada dasarnya kami tak ingin bermewah - mewahan. Tapi kamu butuh suatu perubahan. 


Selaraskan apapun yang menjadi doa dan harapan keluarga ini, sekiranya itu doaku. Keluargaku yang aku ingin trus ajak makan bersama dirumah maupun diluar. Di pusat perbelanjaan, cafe, dan banyak lainnya . Aku ingin dan masih ingin menjadi kakak, aku senang. 



0 comments:

Post a Comment